MENTERI Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, pihaknya mengupayakan agar industri otomotif nasional tetap mendapatkan insentif tahun depan, mengingat sektor tersebut memiliki dampak berkelanjutan (multiplier effect) yang besar.
“Sektor ini merupakan sektor yang sangat penting, terlalu penting untuk kita abaikan, tidak mungkin kita abaikan. Forward, backward linkage yang luar biasa besar, penyerapan tenaga kerjanya juga luar biasa besar, nilai tambah untuk ekonominya juga luar biasa besar. Dan oleh sebab itu, kami akan tetap mengusulkan insentif atau stimulus kepada pemerintah untuk sektor otomotif,” kata dia di Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Disampaikan dia, sektor tersebut membutuhkan stimulus mengingat saat ini tengah mengalami kontraksi atau penurunan.
Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) hanya sebanyak 634.844 unit. Angka itu turun 10,6 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit.
Sedangkan secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025. Angka itu turun 9,6 persen dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.
Menurut Menperin, insentif yang sedang disiapkan pihaknya ini mencakup sisi permintaan (demand) maupun sisi persediaan (supply). “Oleh sebab itu, merupakan tanggung jawab kami. Hal yang salah kalau kami tidak perjuangkan,” katanya lagi, dikutip dari Antaranews.
Sebelumnya, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif dalam pernyataan di Jakarta, Minggu (30/11) menyatakan, saat ini memang penjualan kendaraan listrik (EV) meningkat signifikan.
Penjualan EV melonjak tajam pada periode Oktober-Januari tahun 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun kenaikan penjualan ini sebagian besar berasal dari kendaraan EV impor (CBU).
Dari total penjualan kendaraan EV tahun 2025 sebesar 69,146 unit, 73 persennya merupakan kendaraan EV impor yang nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja industrinya berada di negara lain.
Sementara segmen kendaraan yang diproduksi di dalam negeri dan memiliki share terbesar dalam pasar industri otomotif nasional terus mengalami penurunan penjualan signifikan.
Menurut dia, jadi keliru jika menyatakan, industri otomotif sedang dalam kondisi kuat dengan hanya mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu.
Adapun saat ini insentif diberikan untuk mobil listrik (BEV) yakni berupa pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) nol persen dengan tujuan untuk tes pasar, namun yang menikmati insentif itu kebanyakan kendaraan listrik impor. []











