MENTERI Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) merupakan kerangka strategis untuk mewujudkan industri domestik yang tumbuh dan berdaulat.
“SBIN bukan sekadar kebijakan sektoral Kemenperin, tetapi strategi nasional untuk memastikan bahwa industri Indonesia tidak hanya bertahan, melainkan tumbuh dan berdaulat,” ujar dia di Jakarta, Senin (27/10/2025), dikutip dari Antaranews.
Menurut Menperin, SBIN hadir sebagai cetak biru industrialisasi Indonesia di era pasca pandemi dan pasca karbon. Strategi ini memadukan nilai-nilai kemandirian ekonomi, transformasi teknologi, serta keberlanjutan lingkungan dalam satu kerangka terpadu.
Empat pola pikir utama yang menjadi pilar SBIN, yaitu industrialisasi berbasis sumber daya alam, pengembangan ekosistem industri, penguasaan teknologi, dan penerapan prinsip keberlanjutan.
Industrialisasi berbasis sumber daya alam diarahkan untuk memperkuat industrialisasi komoditas unggulan nasional seperti nikel, kelapa sawit, dan batu bara, agar kekayaan alam Indonesia tidak lagi hanya diekspor mentah tetapi diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.
Selain itu, pengembangan ekosistem industri diupayakan melalui keterpaduan antara sektor hulu dan hilir yang disertai dengan penguatan sumber daya manusia, serta infrastruktur industri yang mendukung. “Dua pilar lainnya menitikberatkan pada penguasaan teknologi dan pembangunan industri yang berkelanjutan,” katanya.
Menperin menyatakan pula, perlindungan terhadap pasar domestik menjadi prioritas utama dalam SBIN, mengingat 80 persen hasil industri nasional diserap oleh pasar dalam negeri.
Kemenperin juga akan meningkatkan investasi pada sektor industri bernilai tambah tinggi yang berorientasi substitusi impor. Setiap investasi harus menghasilkan efek berganda berupa penciptaan lapangan kerja berkualitas, peningkatan produktivitas, serta penguatan struktur industri nasional.
Disampaikan dia, dalam hal ini pemerintah akan memberikan prioritas pada investasi di sektor mineral strategis, kimia dasar, farmasi, komponen elektronik, dan pangan.
Selain investasi, penguatan sumber daya manusia menjadi kunci sukses industrialisasi. Pihaknya terus memperluas pendidikan vokasi, politeknik industri, serta skema keterpaduan (link and match) dengan dunia usaha agar lulusan vokasi binaan siap memasuki dunia kerja industri modern.
Peningkatan kompetensi tenaga kerja juga diarahkan untuk menghadapi era digitalisasi manufaktur dan perkembangan teknologi industri 4.0. []











