MENTERI Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji menyebut pentingnya kualitas intervensi dalam Program Gerakan orang tua asuh Cegah Stunting atau Genting.
Ia juga menekankan pentingnya kontrol melalui Tim Pengendali Genting (TPG) yang saat ini telah terbentuk di 38 provinsi dan 474 kabupaten/kota.
“Menyelamatkan satu anak sama dengan menyelamatkan satu generasi. Kuantitas harus terpenuhi, tetapi kualitas intervensi juga sangat penting,” kata Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (27/8/2025), dikutip dari Antara.
Menurutnya, struktur TPG menjadi tulang punggung pelaksanaan program yang menghubungkan kebijakan pusat dengan implementasi di daerah. “Program tanpa ada kontrol pasti gagal. Tim Pengendali adalah bagian dari kontrol kita,” ujar dia.
Program Genting menargetkan 1 juta keluarga penerima manfaat dengan sasaran utama ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD (0–23 bulan), yang dikenal dengan istilah 3B. Kelompok ini berada dalam fase 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), masa emas yang menentukan kualitas tumbuh kembang anak.
Mendukbangga Wihaji menekankan empat bulan ke depan menjadi penentu dalam mengejar target penurunan angka prevalensi stunting pada tahun 2025 sebesar 18,8 persen dari angka prevalensi stunting saat ini 19,8 persen. Pada tahun 2029 prevalensi stunting ditargetkan menjadi 14,2 persen.
Menurutnya, pemetaan wilayah menjadi kunci karena provinsi dengan capaian stunting rendah akan mendapat perhatian khusus. Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, kata dia, menjadi prioritas dengan menekankan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam penguatan edukasi keluarga dan pemenuhan kebutuhan intervensi Keluarga Risiko Stunting (KRS) lainnya.
Ia mengemukakan pentingnya tindak lanjut Dana Alokasi Khusus (DAK) yang ada di wilayah untuk memperkuat fasilitasi Genting di daerah. Rapat koordinasi bulanan hingga akhir tahun akan dilakukan guna memastikan program berjalan konsisten.
“Genting adalah program quick wins yang menjadi contoh percepatan penanganan stunting dengan intervensi cepat dan terukur. Pemerintah daerah diminta menjadikan program ini prioritas utama dalam koordinasi lintas sektor. Saya mengapresiasi para penyuluh yang bahkan ikut iuran untuk menjadi orang tua asuh. Ini bukti bahwa gotong royong benar-benar hidup dengan pemerintah hadir, masyarakat bergerak,” tutur Mendukbangga.
Ia menegaskan stunting hanya bisa dicegah melalui gotong royong dan kerja sama karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, semua pihak harus ikut mengambil bagian.
Sementara itu Deputi Bidang Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat Kemendukbangga/BKKBN Sukaryo Teguh Santoso melaporkan perkembangan program yang hingga 21 Agustus 2025 telah mencapai 38,4 persen dari target. Sementara dukungan mitra Orang Tua Asuh (OTA) senilai lebih dari Rp220 miliar berhasil dihimpun.
Forum konsolidasi tersebut juga dimanfaatkan untuk menyamakan persepsi kuantitas dan kualitas intervensi, memperkuat tata kelola pelaporan,Informasi tentang Pekan Edukasi Genting serta menggalang komitmen mitra melalui Program Masyarakat Peduli Pencegahan Stunting di Lingkungan Sekitar (Pintar). []