Yudha Novanza Utama: Jangan Biarkan Kelaparan Jadi Alat Perang di Gaza, Palestina

ANGGOTA Komisi I DPR RI Yudha Novanza Utama menyerukan agar komunitas internasional segera bersatu untuk menekan Israel membuka jalur bantuan kemanusiaan agar kelaparan tidak dijadikan sebagai alat perang.

“Ratusan ribu warga Gaza kini menghadapi kondisi bencana besar. Situasi ini tidak hanya menyangkut Palestina, tetapi juga ujian bagi solidaritas kemanusiaan dunia. Jangan biarkan kelaparan dijadikan alat perang,” kata Yudha dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (25/8/2025).

Hal itu disampaikannya merespons pengumuman sistem pemantauan kelaparan global, Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang menyatakan bencana kelaparan telah dikonfirmasi terjadi di Wilayah Gaza yang menjadikannya kelaparan pertama yang tercatat di kawasan Timur Tengah, Jumat (22/8/2025).

Dia pun menilai pengumuman resmi para ahli ketahanan pangan dari badan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai bencana kelaparan di Gaza, Palestina, harus menjadi alarm bagi dunia internasional.

Menurut dia, situasi itu merupakan krisis kemanusiaan yang sepenuhnya dapat dicegah, tetapi terjadi karena Israel menutup akses jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza.

“Deklarasi PBB menandai pertama kalinya bencana kelaparan dinyatakan di kawasan Timur Tengah. Fakta ini menunjukkan penderitaan rakyat Palestina sudah pada tahap yang sangat darurat,” ujarnya, dikutip dari IslamToday.

Yudha lantas menyoroti pernyataan Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Tom Fletcher yang menegaskan bahwa kelaparan ini seharusnya tidak perlu terjadi.

“Fletcher mengatakan dengan sangat jelas bahwa makanan tidak bisa sampai ke Gaza karena hambatan sistematis oleh Israel. Artinya, ini bukan bencana alam, tetapi akibat dari kebijakan politik yang menutup akses kemanusiaan,” ucapnya.

Dia mendesak pula pemerintah Indonesia agar mengambil langkah nyata dalam forum internasional dengan lebih aktif memimpin inisiatif diplomatik, baik di PBB, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), maupun forum internasional lainnya.

“Indonesia tidak boleh diam, harus berdiri di garis depan memperjuangkan pembukaan jalur bantuan dan penghentian blokade Israel,” katanya.

Tak lupa, ia pun menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap anak-anak Gaza yang paling merasakan dampak dari bencana kemanusiaan tersebut.

“Anak-anak adalah korban paling tidak berdaya. Mereka menderita kelaparan, sakit, bahkan kehilangan masa depan karena perang dan blokade. Dunia tidak boleh menutup mata ketika generasi muda Palestina dibiarkan mati perlahan akibat kelaparan,” ujar dia.

Sebelumnya, Jumat (22/8/2025), sistem pemantauan kelaparan global, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), menyatakan bencana kelaparan telah dikonfirmasi terjadi di Wilayah Gaza yang menjadikannya kelaparan pertama yang tercatat di kawasan Timur Tengah, yang diperkirakan akan menyebar ke kota Deir al-Balah dan Khan Younis dalam beberapa pekan mendatang.

“Per 15 Agustus 2025, Bencana Kelaparan (IPC Fase 5) — dengan bukti yang memadai — telah dikonfirmasi terjadi di Wilayah Gaza,” kata sistem pemantauan IPC yang didukung oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

“Setelah 22 bulan konflik tanpa henti, lebih dari setengah juta orang di Jalur Gaza menghadapi kondisi yang sangat buruk, ditandai dengan kelaparan, kemiskinan parah, dan kematian,” sambungnya.

Adapun pejabat tinggi kemanusiaan PBB menggambarkan krisis kelaparan yang diumumkan di Kegubernuran Gaza di Jalur Gaza sebagai bencana yang “dapat diprediksi dan dicegah” karena sengaja dipicu oleh penghalangan bantuan oleh Israel.

“Ini adalah bencana kelaparan yang sebenarnya bisa kita cegah seandainya kita diizinkan,” Tom Fletcher, kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dalam konferensi pers di Jenewa.

Namun, stok makanan menumpuk di perbatasan karena hambatan sistematis Israel. Ini adalah bencana kelaparan yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari sumber makanan di tanah yang subur, katanya.

Fletcher mengatakan bahwa kejadian ini adalah “kelaparan abad ke-21 yang diawasi oleh drone (pesawat nirawak) dan teknologi militer tercanggih dalam sejarah.”

“Ini adalah kelaparan yang secara terbuka dipromosikan oleh beberapa pemimpin Israel sebagai senjata perang. Ini adalah kelaparan yang kita semua saksikan. Semua orang bertanggung jawab atas ini. Kelaparan Gaza adalah kelaparan dunia,” imbuhnya.

Permohonannya lugas: “Cukup sudah. Gencatan senjata, buka semua jalur penyeberangan, utara dan selatan. Izinkan penyaluran makanan dan pasokan lainnya tanpa hambatan dan dalam skala besar yang dibutuhkan. Akhiri aksi pembalasan.” []

Leave a Reply