PEMERINTAH Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengklaim berhasil lakukan upaya intensifikasi bidang pertanian tanaman pangan yang menjadi motor penggerak ekonomi provinsi berbasis kepulauan itu.
“Hasilnya terlihat jelas di semester pertama 2025 dimana produktivitas padi menjadi 4.12 ton per hektare dan jagung mencapai 2,78 ton/hektare,” kata Gubernur NTT Melki Laka Lena di Kupang, Rabu (20/8/2025), dikutip dari Antara.
Hal ini disampaikan berkaitan dengan capaian Pemprov NTT dalam bidang pertanian yang menjadi salah satu motor penggerak perekonomian di NTT.
Dia mengatakan melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Pemerintah Provinsi terus mengembangkan komoditas utama seperti jagung, padi, hortikultura, dan tanaman perkebunan melalui strategi intensifikasi, ekstensifikasi, dan pemanfaatan teknologi untuk mengoptimalkan produktivitas.
Upaya intensifikasi yang dijalankan meliputi penggunaan benih unggul, pemupukan tepat dosis, penerapan irigasi tetes atau irigasi terjadwal, pengendalian hama terpadu dengan kombinasi metode biologis, mekanis, dan kimiawi, serta dukungan alat dan mesin pertanian.
Pihaknya mencatat produksi tanaman holtikultura seperti bawang putih di tahun 2025 naik menjadi 152,3 ton dibandingkan tahun 2024 yang hanya mencapai 151,1 ton.
Sementara itu cabai besar juga alami kenaikan sebesar 1.367,5 ton di tahun 2025 menjadi 1.282,5 ton di tahun 2024. Untuk bawang merah di tahun 2024 produksinya sebesar 8,104,5 ton kini di tahun 2025 hanya mencapai 8.038,5 ton.
Sementara untuk cabai rawit di tahun 2024 mencapai 11.288,5 ton sementara di tahun 2025 hanya mencapai 9.685,7 ton.
Di sisi lain produksi perkebunan juga mengalami peningkatan, mulai dari kelapa dari jumlah produktivitas 786 kilogram per hektare di tahun 2025 dibandingkan tahun 2024 hanya 780 kg/hektare.
Kemudian jambu mente naik menjadi 611 kg/hektare dibandingkan tahun 2024 hanya 606/ha, kopi robusta produksinya meningkat menjadi 526 kg/ha dari tahun sebelumnya. hanya 441 kilogram per hektare, kopi arabika produksinya berada di angka 736 kg/ha, meningkat dibanding tahun sebelumnya hanya 526 kg/ha, dan terakhir kakao meningkat di tahun 2025 menjadi 631 kg/ha dibandingkan tahun 2024 hanya 613 kg/ha.
Ia mengatakan, capaian itu turut mendorong kenaikan Indeks Harga Petani (IHP) dari 115,37 di tahun 2024 menjadi 119,01 di tahun 2025. IHP di atas 100 menunjukkan petani mengalami surplus, kenaikan harga produksi lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga konsumsi, sehingga pendapatan petani tumbuh lebih cepat daripada pengeluarannya.
“Selain itu, kita juga terus mendorong keterlibatan para penyuluh pertanian dalam mendampingi para petani untuk meningkatkan produktivitas hasil-hasil pertanian,” ujar dia.
Lebih lanjut kata dia di tahun 2025 ini, Pemprov NTT menganggarkan dari APBD provinsi biaya operasional penyuluh sebesar Rp260 ribu per penyuluh per bulan bagi 1.918 orang penyuluh di seluruh NTT. []