Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Minta Proyek Energi di Papua Barat Libatkan Kontraktor Lokal

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendorong adanya keterlibatan kontraktor lokal dalam pelaksanaan sejumlah proyek energi di Papua Barat.

Bahlil menekankan hal tersebut, setelah melakukan kunjungannya kerja ke Lapangan Gas Genting Oil Kasuri di Kabupaten Teluk Bintuni. Kunjungan tersebut dalam rangka memantau perkembangan Proyek Strategis Nasional (PSN) Asap Kido Merah (AKM) di Blok Kasuri.

Bahlil mengungkapkan, pembangunan proyek strategis seperti AKM harus membawa manfaat yang luas, termasuk bagi pelaku usaha lokal.

“Kalau bisa pengusahanya jangan hanya satu bendera ya. Berbagi dengan yang lain agar tidak ada kecemburuan,” ungkap Bahlil dalam keterangannya, Kamis (12/6/2025), dikutip dari BeritaSatu.

Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga mengingatkan agar perusahaan pelaksana tidak hanya mengandalkan mitra kerja dari Jakarta, tetapi turut memberi ruang bagi kontraktor dan tenaga kerja dari Papua dan daerah sekitar proyek.

Untuk diketahui, proyek AKM dikelola oleh Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL) dengan target produksi mencapai 300 million standard cubic feet per day (MMSCFD) atau 300 juta standar kaki kubik per hari mulai tahun 2027. Proyek ini diharapkan menjadi salah satu penopang pasokan gas nasional di tengah potensi defisit energi.

Menteri Bahlil menyampaikan progres pengembangan lapangan gas sudah menunjukkan kemajuan signifikan. Empat dari lima sumur yang dibuka telah rampung 100%, sementara satu sumur lainnya masih dalam tahap penyelesaian.

“Jangan semua dari Jakarta terus. Libatkan pengusaha lokal, beri mereka kesempatan untuk bertumbuh. Ini tanah mereka juga,” pungkasnya.

Sebagai informasi, proyek AKM telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional sejak November 2023. Dengan nilai investasi sebesar 3,37 miliar dolar Amerika Serikat, proyek ini diperkirakan akan memberikan tambahan penerimaan negara hingga 2,01 miliar dolar Amerika Serikat, serta menyerap lebih dari 1.500 tenaga kerja saat konstruksi dan 200 tenaga kerja saat operasional, dengan komitmen 80% berasal dari orang asli Papua. []