Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Ajak Investor Dunia Bangun Ekosistem Baterai Terintegrasi di Indonesia

INTERNATIONAL Battery Summit (IBS) 2025 yang diinisiasi National Battery Research Institute (NBRI) dan co-host Asosiasi Ekosistem Baterai Indonesia (Id Battery) resmi dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Hotel Mulia Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Dalam sambutannya, Bahlil menceritakan awal mula mendapatkan mandat untuk melakukan hilirisasi bahan tambang hingga barang jadi.

“Saya adalah satu satu yang memulai hilirisasi baterai, sejak diangkat menjadi menteri investasi pada era Pak Jokowi dengan Menko Marvest Pak Luhut, sampai pada pemerintahan Presiden Prabowo untuk melanjutkan hilirisasi sumber daya alam sebagai salah satu program prioritas Presiden Prabowo terkait ketahanan energi,” katanya, dalam keterangan yang diterima redaksi, Sabtu (9/8/2025).

Dia melanjutkan, Pemerintah mentargetkan pada tahun 2027 akhir semua sudah dihilirisasi. “Maka Indonesia akan menjadi salah satu negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Hal ini sejalan dengan Asta Cita dari Presiden Prabowo,” ucapnya, dikutip dari RM.

Bahlil berharap, Kegiatan IBS 2025 aktif memperkuat daya saing industri nasional melalui kolaborasi dengan pemerintah, akademisi, dan mitra internasional. “Kami selaku pemerintah sangat terbuka bagi para investor dalam dan luar negeri yang mau investasi di Indonesia. Apabila ada kendala, laporkan pada Kementerian ESDM, pasti kami bantu sampai investasi ini berproduksi,” janji Bahlil.

Ketua IBS 2025 dan Founder National Battery Research Institute (NBRI), Prof Evvy Kartini menyampaikan bahwa acara ini diikuti oleh 30 negara. Hal ini menjadi bukti nyata kemajuan Indonesia dalam proses hilirisasi industri mineral.

“Banyak negara yang datang ke acara IBS 2025, yang ingin tahu bahwa Indonesia sudah menjalankan hilirisasi dari nikel menjadi produk turunan seperti MHP, bahkan menuju prekursor dan katoda material. Pabrik-pabrik seperti Huayu dan ATL menunjukkan bahwa proses ini nyata terjadi di Indonesia, bukan di luar negeri,” tuturnya.

Indonesia semakin memperkuat posisinya sebagai pusat pertumbuhan industri baterai dan kendaraan listrik dunia. Menyambut penyelenggaraan International Battery Summit (IBS) 2025, berbagai kegiatan strategis telah digelar sebagai upaya memperkuat kolaborasi antara pelaku industri, pemerintah, akademisi, dan mitra global dalam membangun ekosistem energi berkelanjutan.

Sebagai bagian dari visi Indonesia Maju dan implementasi Asta Cita, khususnya pada poin ke-5 terkait memperkuat hilirisasi dan industrialisasi untuk menambah nilai sumber daya alam, pemerintah mendorong hilirisasi sebagai strategi utama dalam transformasi ekonomi nasional.

Hilirisasi di sektor mineral kritis, termasuk nikel dan baterai, menciptakan nilai tambah dalam negeri, memperkuat kemandirian energi, serta meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Indonesia telah menunjukkan komitmennya melalui pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi, melalui konsorsium ANTAM–IBC–CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang, Jawa Barat.

Inisiatif ini menjadi simbol keseriusan Indonesia dalam menjalankan hilirisasi berkelanjutan dan kini menjadi rujukan atau benchmark bagi negara-negara berkembang lainnya.

Prof. Evvy mengatakan, sebagai kelanjutan dari upaya tersebut, diselenggarakan  IBS 2025 pada 5-6 Agustus 2025, di Hotel Mulia Jakarta. Acara diselenggarakan National Battery Research Institute (NBRI) bersama Id Battery sebagai co-host dan Pamerindo sebagai co-organizer, serta didukung Kementerian ESDM sebagai Ministry Co-Host dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) bersama Kementerian Investasi dan Hilirisasi (BKPM) sebagai Ministry Support.

Hilirisasi industri—terutama pada sektor baterai—merupakan pilar penting dalam mendorong kemandirian energi nasional. Hilirisasi menciptakan nilai tambah di dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat daya saing nasional dalam pasar global.

Ajang ini akan menjadi forum strategis global yang menghadirkan pemangku kepentingan dari seluruh rantai nilai industri baterai dan kendaraan listrik, sekaligus platform diplomasi energi, termasuk melalui panel “Energy Diplomacy: South-South Nations Cooperation” yang akan melibatkan perwakilan dari kedutaan besar dan pelaku industri internasional.

Dalam konteks ini, arahan dan kehadiran Presiden atau perwakilan tingkat tinggi pemerintahan sangat dinantikan untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai pemimpin kawasan dan pusat kolaborasi global.

“IBS 2025 bukan sekadar summit, tetapi gerakan kolaboratif lintas bangsa untuk membangun masa depan energi dunia khususnya Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki sumber daya, potensi manusia, dan komitmen politik yang kuat. Ini saatnya kita memimpin, bukan hanya ikut,” tambah Prof. Evvy Kartini. []

Leave a Reply