MENTERI Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyampaikan sekitar 50 persen jumlah base transceiver station (BTS) di Provinsi Aceh hingga kini dilaporkan telah beroperasi atau on air pascabencana banjir dan tanah longsor.
“On air-nya (BTS) masih di angka 50 persen, sehingga memang masih terasa amat berat terutama di daerah-daerah seperti di Bener Meriah, Aceh Tamiang, Aceh Utara, dan sebagainya karena listriknya belum stabil,” kata Meutya dalam acara “Temu Nasional Pegiat Literasi Digital” di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Meutya menjelaskan bahwa sebanyak 87 persen BTS di Provinsi Aceh juga telah pulih atau recover, meski belum seluruhnya dapat dioperasikan.
“Kalau dalam sudah recover (pulih) dalam arti tower-nya sudah berfungsi, itu memang di 87 persen. Kenapa perlu disebut, untuk mengapresiasi teman-teman operator juga yang meskipun keluarganya juga terdampak, di tengah bencana mereka coba memulihkan,” tutur dia, dikutip dari Antaranews.
Dilaporkan data sementara untuk BTS, lanjut Meutya, di wilayah Sumatra Barat (Sumbar) sudah 99 persen, sementara di wilayah Sumatra Utara (Sumut) sudah kurang lebih di 97-98 persen.
Dalam hal ini, pemerintah juga menggandeng operator dalam upaya pemulihan infrastruktur telekomunikasi pascabencana banjir dan tanah longsor yang melanda di tiga provinsi yaitu Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat.
“Dan ini kerjanya bukan kerja Komdigi saja, kami koordinasi dengan seluruh operator seluler, bahkan Starlink, Satria-1 punya pemerintah, semuanya berjibaku, semua teman-teman operator juga mengkoordinasikan data-datanya di Komdigi sehingga kita tahu datanya yang cukup akurat,” ujarnya.
Menurut Meutya, keberadaan BTS yang aktif memiliki peran penting bagi warga di daerah bencana, mengingat selain bantuan pokok seperti makanan, informasi menjadi hal penting yang sangat dibutuhkan khususnya dalam mengakses informasi darurat.
Lebih lanjut, Meutya menambahkan Kementerian Komunikasi terus berusaha untuk juga berperan terus mengembalikan pemulihan infrastruktur telekomunikasi yang melanda di tiga provinsi itu, seiring dengan tanggung jawabnya dalam komunikasi publik dengan pendekatan empati.
“Komdigi juga punya peran komunikasi publik yang empati. Kita bukan kementerian infrastruktur yang langsung bergiat membangun jembatan-jembatan, tapi kita memahami bahwa dalam kerangka komunikasi di tengah bencana, komunikasi di tengah krisis, itu penting sekali untuk menyambung rasa,” kata Meutya. []











