ANGGOTA Komisi XI DPR RI, Melchias Mekeng, menyoroti sejumlah faktor yang menyebabkan target pertumbuhan ekonomi belum tercapai seperti apa yang diharapkan. Menurutnya, gejolak eksternal serta kebijakan efisiensi pemerintah menjadi dua penyebab utama melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dalam beberapa waktu terakhir.
Ia menegaskan bahwa kedua hal ini harus dijadikan perhatian serius dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Dalam keterangannya, Mekeng menilai bahwa target ambisius pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% masih sangat mungkin direalisasikan. Namun demikian, ia menekankan bahwa RAPBN 2026 harus diarahkan secara optimal untuk mendorong pertumbuhan di batas atas proyeksi, yakni antara 5,2% hingga 5,8%.
“Target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto masih bisa dicapai, asalkan RAPBN 2026 diarahkan untuk menembus batas atas pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2 hingga 5,8%,” ujar Mekeng dikutip redaksi Golkarpedia dari tayangan video TVR Parlemen.
Ia menjelaskan bahwa pelambatan ekonomi sebelumnya banyak dipengaruhi oleh dinamika global dan kebijakan domestik. Salah satu gejolak eksternal yang dimaksud adalah kebijakan tarif tinggi dari Amerika Serikat yang dianggap menekan pelaku usaha di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, langkah efisiensi anggaran yang diambil pemerintah juga dinilai cukup mengejutkan beberapa daerah sehingga berdampak pada aktivitas ekonomi lokal.
“Kemarin tidak tercapai karena mungkin ada gejolak di luar negeri dengan kebijakan Trump yang tiba-tiba menaikkan tarif kepada hampir beberapa puluh negara, itu yang membuat para pebisnis melakukan stensil, tidak melakukan kegiatan apa-apa. Dan juga ada kebijakan efisiensi yang dilakukan oleh Pak Prabowo, mungkin di daerah-daerah agak terkejut, sehingga terjadilah pelemahan pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.
Meski demikian, politisi senior Partai Golkar ini tetap menyampaikan optimisme bahwa pemerintah akan segera mendorong kembali belanja negara sebagai instrumen utama pemacu pertumbuhan. Menurutnya, government spending memiliki kontribusi signifikan dalam mendorong aktivitas ekonomi nasional.
“Tapi saya yakin ke depan pemerintah akan mengucurkan kembali anggaran-anggaran untuk pertumbuhan ekonomi. Karena salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi adalah government spending,” tegas legislator asal NTT ini.
Lebih lanjut, Mekeng yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI ini juga mengusulkan agar pemerintah bersinergi dengan perbankan nasional, khususnya bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), untuk menyalurkan kredit ke sektor-sektor strategis.
Ia menilai sektor properti dan pertambangan sebagai dua sektor yang berpotensi besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi apabila diberikan stimulus dan akses pembiayaan yang cukup.
Dengan arah kebijakan yang lebih adaptif terhadap tantangan global serta penguatan pada sektor-sektor produktif dalam negeri, Melchias Mekeng percaya bahwa Indonesia mampu keluar dari tekanan dan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam waktu dekat. []