etua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, memberikan pernyataan yang menarik perhatian dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) menjelang Puncak HUT Ke-60 Partai Golkar di Hotel Grand Paragon, Jakarta Barat, Rabu (11/12/2024).
Bahlil membalik slogan legendaris Partai Golkar dari “Suara Golkar, Suara Rakyat” menjadi “Suara Rakyat, Suara Golkar”, menegaskan komitmen partainya untuk mendengarkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat secara langsung.
1. Komitmen Baru Golkar: Aspirasi Rakyat Jadi Prioritas
Dalam pidatonya, Bahlil menekankan pentingnya memperjuangkan kebutuhan rakyat dan menjadikan aspirasi mereka sebagai dasar pergerakan politik Partai Golkar ke depan.
“Intinya Bapak Ibu semua adalah Golkar menyuarakan dan meyakinkan kepada rakyat, menanyakan tentang apa yang akan menjadi program-program kita ke depan,” tegas Bahlil.
Baca Juga : Waketum Golkar Nurul Harap Pemilu 2024 dengan Sistem Proporsional Terbuka
Ia menegaskan bahwa untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan pendapatan per kapita masyarakat, pemerintah harus menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dengan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.
2. Perubahan Slogan: Izin kepada Tokoh Senior Golkar
Dalam kesempatan yang sama, Bahlil meminta izin kepada Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical), untuk mengubah sedikit slogan klasik Partai Golkar.
“Dan kalau ini bisa kita jalankan, kita menciptakan lapangan pekerjaan baru. Bisa kita katakan bahwa suara Golkar adalah suara rakyat. Tapi izin Pak Ical, sekarang saya sedikit mengubah,” ujarnya.
Bahlil berpendapat bahwa Pilkada 2024 akan menjadi tantangan besar jika Partai Golkar hanya mengandalkan visi-misi formal.
Oleh karena itu, keterlibatan dan aspirasi langsung dari rakyat harus menjadi landasan utama dalam membangun program dan strategi politik.
Baca Juga : PP AMPG Bidang Ekonomi dan Kesra Siapkan 1.200 Paket Nasi ke Masyarakat Terdampak Covid-19
3. “Suara Rakyat, Suara Golkar”: Filosofi Baru dalam Politik Golkar
Dalam penyampaiannya, Bahlil menggarisbawahi bahwa di era politik yang semakin dinamis, Partai Golkar perlu lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Ia menekankan bahwa mendengarkan suara rakyat harus menjadi agenda utama, bukan sekadar slogan politik.
“Kalau kemarin ‘suara Golkar, suara rakyat,’ rasanya Bang (Ical), sekarang kalau Pilkada Bang, kalau cuma visi-misi yang kita turunkan agak susah Bang sekarang. Jadi kita kombinasikan, coba kita balik menjadi ‘suara rakyat, suara Golkar.’ Jadi apa yang dipikirkan oleh rakyat, itu yang akan diperjuangkan oleh Golkar,” pungkas Bahlil.