MENTERI Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyebutkan kapasitas pusat data Indonesia naik 52 persen dalam kurun waktu kurang dari satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Adapun total kapasitas pusat data nasional pada awal pemerintahan Presiden Prabowo, yakni bulan Oktober 2024, sebesar 190 MW. Angka tersebut meningkat menjadi 290 MW pada bulan Juni 2025.
“Dalam waktu kurang dari setahun kapasitas (pusat data) meningkat lebih dari 52 persen, jadi dalam satu tahun pemerintahan pak Presiden Prabowo peningkatannya sampai 52 persen dari 190 MW ke 290 MW,” kata Meutya dalam acara FEKDI x IFSE 2025 di Jakarta Pusat pada Kamis (30/10/2025), dikutip dari Antaranews.
Dia menilai, peningkatan ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari perusahaan teknologi global untuk berinvestasi pada pembangunan pusat data di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, ujar Meutya, telah mengumumkan ada 12 perusahaan asal Amerika Serikat yang membangun ekosistem pusat data di Indonesia.
“Dalam satu tahun saja, Menkomdigi diundang untuk meresmikan beberapa (pusat data), di antaranya milik Microsoft, Google, Equinix, Amazon Web Services dan juga tidak kalah ada pemain lokal yang juga membanggakan dan cukup besar yakni PT DCI Indonesia,” ujar Meutya.
Lebih lanjut, Meutya memaparkan hingga April 2025, sudah ada 180 pusat data yang telah beroperasi di Indonesia dari berbagai skala. Delapan di antaranya dikategorikan sebagai “Tier 4” atau memiliki kemampuan operasional terbaik, sementara tiga pusat data lainnya berfokus pada teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Jadi (pusat data) sudah (beroperasi) dengan teknologi terbaru yaitu artificial intelligence,” ucapnya.
Diketahui, Kemkomdigi memproyeksikan kapasitas pusat data nasional melonjak menjadi 900 MW pada akhir 2025 jika berdasarkan data lahan siap bangun (land clearing) yang telah terpantau.
Pemerintah akan terus membuka seluas-luasnya peluang investasi baru, mengingat proyeksi kebutuhan pusat data Indonesia yang diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2 gigawatt (GW) dalam dua tahun ke depan.
Jika target ini tercapai, Indonesia berpotensi besar menjadi pusat data digital (digital data hub) utama di kawasan Asia Tenggara. []
 
							










