OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) menyebut pertumbuhan emiten tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh sebesar 6 persen per tahun. Menanggapi hal ini, Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Komarudin mendorong OJK mempermudah calon emiten untuk melantai di bursa saham atau Initial Public Offering (IPO).
“Ada yang pernah mengeluhkan bahwa proses administrasi pasar modal yang lebih rumit. Sehingga, prosesnya lebih lambat dibandingkan dengan sektor perbankan. Selain itu, banyak emiten yang belum sepenuhnya siap dalam memenuhi kewajiban tata kelola pasca IPO, terutama terkait beban biaya, kepatuhan dan pelaporan berkala,” urai Puteri dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, di Jakarta, Sabtu (20/9/2025).
Lebih lanjut, Puteri juga mendorong pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) sebagaimana diterapkan di India yang mampu menyederhanakan proses IPO.
“Jadi, kalau kita lihat kasus di India, untuk mempercepat evaluasi dokumen dari 8 bulan sampai dengan 2 bulan, mereka menggunakan AI. Dan ternyata, ini sangat efektif untuk memperdalam sektor pasar modal mereka. Dan juga, mereka melakukan pelonggaran persyaratan minimum dan jaminan bagi usaha kecil dan menengah, yang menurunkan beban biaya bagi penjamin emisi dan menciptakan ekosistem IPO yang lebih inklusif, ” ungkap Legislator Fraksi Partai Golkar itu.
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Pasar Karbon Inarno Djajadi menjelaskan saat ini jumlah IPO mengalami penurunan karena OJK ingin meningkatkan kualitas emiten. Namun, pihaknya tetap optimis nilai IPO akan mencapai target tahun 2025.
“Tentunya kita tidak melupakan untuk medium scale masuk ke bursa. Tetapi, kita tidak serta merta hanya memikirkan kepada kuantitas, tetapi lebih banyak kepada kualitas. Oleh karena itu, di tahun 2025 ini, jumlah IPO itu agak berkurang, karena kita memang mengutamakan kualitas. Tapi, Alhamdulillah nilainya insya Allah tercapai. Saat ini nilai Rp176 triliun. Target kita di Rp200 triliun,” urai Inarno.
Lebih lanjut, Inarno mengungkapkan pihaknya saat ini sedang melakukan pilot project pemanfaatan AI untuk penyampaian laporan tahunan emiten.
“Begitu laporan emiten ini sudah jalan, dan ini kalau misalnya berhasil dengan baik. Kita akan ke perizinan. AI untuk perizinan. Jadi tadi menjawab Bu Puteri, kita sedang melakukan itu. Kita harapkan dengan penggunaan AI. Nanti proses bisa dipercepat,” ucap Inarno.
Menutup keterangannya, Puteri menekankan pemanfaatan teknologi AI tetap mengedepankan tata kelola yang baik dan transparan.
“Ini salah satu pemanfaatan AI yang menurut saya adalah positif. Dan tentu perlu kita pertimbangkan, bagaimana nanti kita bisa menyederhanakan proses yang masih dinyatakan rumit dan juga berbiaya besar ini. Tetapi tetap menjaga prinsip tata kelola dan transparansi,” tutup Puteri. []