Achmad Annama Apresiasi Semangat Dakwah Digital Ibu-ibu Pengajian Al-Hidayah

Dunia digital telah mengubah wajah komunikasi manusia. Bukan hanya mempercepat penyebaran informasi, tapi juga membuka panggung luas yang setara bagi siapa pun yang ingin bersuara. Dalam konteks inilah, Achmad Annama mengajak para kader Pengajian Al-Hidayah untuk tidak ragu mengambil bagian dalam dakwah digital.

Ajakan ini disampaikan Annama saat menjadi pemateri dalam Workshop bertema “Kreativitas Dalam Dakwah Digital: Pelatihan Editing Video dan Konten Media Sosial” yang digelar DPP Pengajian Al-Hidayah bekerja sama dengan BRIN dan Komisi X DPR RI, di Hotel Mercure Tangerang, BSD City, Senin (22/7/2025).

Dalam kesempatan tersebut, konsultan dan strategis Digital Branding ini menyebut, dunia digital adalah ruang real-time yang inklusif. Siapapun bisa menjangkau siapa saja, tanpa batasan geografis, sosial, atau bahkan latar belakang keilmuan. “Di dunia digital, semua orang punya kesempatan yang sama. Siapa saja bisa viral. Siapa saja bisa mempengaruhi. Termasuk ibu-ibu pengajian Al-Hidayah,” ujar Ketua DPP KNPI dan Ketua National Youth Council (NYC) Indonesian Chapter ini.

Menurutnya, dakwah digital bukan hanya soal eksistensi, tapi soal strategi dan konsistensi. Pakar Komunikasi Islam STID Sirnarasa Ciamis ini menekankan bahwa media sosial memiliki algoritma yang bekerja berdasarkan kedisiplinan dalam produksi konten.

Semakin konsisten seseorang mengunggah konten, semakin besar peluangnya untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Dalam pandangannya, tidak ada istilah “konten yang gagal”. Sebab, setiap konten membawa nilainya sendiri dan memiliki pasar yang berbeda-beda.

“Jangan takut konten dakwah tidak viral. Jangan takut tidak ditonton banyak orang. Karena setiap konten punya pasar dan nilainya sendiri-sendiri. Dan pada waktunya, nilai itu akan bertemu dengan pasarnya, membentuk pemirsa dan pengaruh,” katanya.

Annama juga memaparkan empat unsur penting dalam menciptakan konten digital yang kuat: harus membawa hal yang baru (kreatif), memiliki manfaat nyata (inovatif), mengandung sisi imajinatif, dan melewati proses yang sungguh-sungguh. Ia mencontohkan, kreativitas bukan berarti harus rumit atau mahal, tapi mampu menghadirkan sesuatu yang segar dan bermakna dalam kemasan yang sederhana sekalipun.

Ia mendorong agar para kader, terutama ibu-ibu pengajian, segera memulai langkah awal mereka di dunia dakwah digital. Tidak perlu menunggu sempurna atau merasa mahir. Yang terpenting, menurutnya, adalah kemauan untuk terus belajar dan menjaga konsistensi. “Kalau unggah seminggu sekali, pertahankan. Kalau bisa setiap hari, lebih bagus lagi. Karena algoritma akan mengenali siapa yang serius,” ujar Ketua Departemen MPO DPP Partai Golkar ini.

Bagi Annama, dakwah digital adalah bentuk keberanian yang progresif. Bukan sekadar menyampaikan pesan, tapi juga menempatkan diri di tengah derasnya arus informasi dengan membawa nilai-nilai kebaikan. “Kalau bukan kita yang isi ruang digital dengan kebaikan, maka akan diisi oleh yang lain. Oleh sebab itu, dakwah digital bukanlah sebuah pilihan. Ini menjadi keharusan bagi kita,” tegas eks bendahara PP IPNU ini.

Workshop yang diikuti oleh kader Al-Hidayah dari berbagai kabupaten/ kota di Banten ini menjadi bukti bahwa semangat dakwah kini tidak lagi terbatasi oleh mimbar atau majelis. Ia kini menjelma dalam bentuk video, caption, dan tayangan-tayangan pendek yang muncul di gawai kita setiap hari. Dan sebagaimana disampaikannya, selama ada niat baik dan konsistensi, maka sekecil apapun upaya itu, ia tetaplah dakwah yang bernilai. {golkarpedia}