MENTERI Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) merupakan bentuk keadilan bagi seluruh masyarakat karena mengedepankan intervensi berbasis keadilan sosial yang ditujukan kepada keluarga yang belum beruntung.
“Saya bikin Genting karena ini pertolongan keadilan. Banyak daerah sumber alamnya diambil, tetapi masyarakatnya masih stunting. Ini tanggung jawab kita semua,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Selasa (29/7/2025) dari Antara.
Wihaji menyampaikan hal tersebut pada kegiatan Menteri Ketemu Kader KB Kreatif Berencana (Mekar KB Keren) di Makassar Sulawesi Selatan yang dihadiri 2.000 Penyuluh Keluarga Berencana (PKB/PLKB) dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) se-Sulawesi Selatan, sebagai rangkaian Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Minggu (27/7/2025).
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, angka stunting di Sulsel tercatat 23,3 persen, menurun 4,1 persen dari tahun sebelumnya, menjadikan Sulsel sebagai provinsi dengan penurunan stunting terbaik kedua secara nasional setelah Jawa Barat.
“Namun, angka ini masih di atas rata-rata nasional yang berada di angka 19,8 persen,” ujar Wihaji.
Karena itu, ia meminta para kepala daerah untuk tetap waspada dan bekerja keras menyelesaikan stunting di Sulsel karena berdasarkan angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari 10 balita, ada dua balita yang terindikasi stunting.
Ia menyoroti pentingnya intervensi sejak dini agar anak-anak Indonesia memiliki IQ yang optimal, mengingat rata-rata IQ anak stunting bisa di bawah 78 sehingga dapat memengaruhi masa depan mereka.
Wihaji juga menegaskan, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam menangani stunting, butuh kolaborasi berbagai pihak untuk melaksanakan program-program prioritas.
“Negara wajib hadir, tetapi tidak semua bisa di-cover dengan cepat, oleh karena itu, harus kita dukung bersama-sama,” ucapnya.
Mendukbangga meminta seluruh pemangku kebijakan di Sulsel untuk terus memperkuat kerja kolaboratif demi menyelamatkan generasi mendatang dari ancaman kekurangan gizi kronis.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan Shodiqin menekankan pentingnya peran Penyuluh KB dan kader dalam mendukung program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) serta penurunan stunting.
Ia juga menyebutkan, saat ini Sulsel memiliki 1.539 PKB/PLKB, 6.653 TPK, serta 3056 Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) dan 13.414 Sub PPKBD yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
“Melalui apresiasi seperti hari ini, kami berharap bisa memotivasi dan memperkuat semangat kerja penyuluh dan kader dalam menjalankan program-program strategis seperti Genting, Gerakan Ayah Teladan -GATI-, Lansia Berdaya -Sidaya-, dan Taman Asuh Sayang Anak -Tamasya-,” tuturnya. []